Lumba-Lumba Liar di Bibir Kota Bunbury - NG TRAVELMATE #11

September 21, 2016

Lumba-lumba bebas di Bunbury.

Di pinggir kota terbesar ketiga Australia Barat, saya bisa dekat menyapa lumba-lumba. Mereka bukanlah peliharaan yang disirkuskan. Mereka lumba-lumba liar di habitat alam. Bunbury memberi teladan lumba-lumba liar bisa hidup lestari berdampingan dengan penduduk yang peduli. Ada harmoni yang terus dijaga dalam gerak konservasi.

“Lihat itu, di sana lumba-lumbanya!“ Bergantian dan berkali-kali rekan NG Travelmate menunjuk lumba-lumba hidung botol yang muncul dari perairan.

Di atas kapal ramah lingkungan Dolphin Eco Cruise, tak habisnya suasana semarak dengan buncahan takjub para penumpang yang menyaksikan lumba-lumba. John, nakhoda kapal, mencari posisi-posisi terbaik untuk sedekat mungkin dengan perangai lumba-lumba yang berukuran rata-rata 1,5-2,5 meter. Kami pun berputar-putar di mulut muara Teluk Koombana. Didesain untuk menjaga kenyamanan lumba-lumba, Dolphin Eco Cruise tak mengeluarkan suara bising, tak mencemari dari bahan bakarnya, dan tak menciptakan arus laut yang menganggu laju lumba-lumba.

Dari tadi hanya sirip dan punggung lumba-lumba saja yang tersimak. Mamalia laut ini sejenak mengambil udara untuk bernafas sebagai bekal 3 menit untuk menyelam. Saya masih menanti kejutan lompatan si lumba-lumba yang khas.

Hari makin siang, angin mengencang, arus laut di teluk menderas. Sekawanan burung pelikan terbang rendah coba peruntungan menggaet ikan kecil. Beberapa lumba-lumba  pun terpantau di sekeliling burung pelikan. Di kejauhan gerombolan burung camar laut bertengger manis di batu-batu pemecah ombak, seakan turut menanti lumba-lumba beraksi. Seorang warga tampak tekun mendayung tunggal menyisir muara.

Voila! Tetiba seekor lumba-lumba meloncat dan tertangkap kamera saya. Namun, hasil foto saya kabur. Sedihkah? Saya sudah puas gembira ketika sempat menyaksikan langsung lompatan lumba-lumba dari mata saya, bukan dari viewfinder kamera. Tak berapa lama, seekor lumba-lumba melompat lagi meski tak setinggi yang sebelumnya. Kali ini tertangkap kamera dengan baik. Saya coba putar hasil jepretan saya, ekspresi lumba-lumba tampak seperti tersenyum riang saat melakukan lompatan.

Saya tak tahu, apakah para lumba-lumba hidung botol sengaja mengulur waktu untuk melakukan atraksi loncatan. Baru setelah satu setengah jam, mereka melakukan dan menunjukkan atraksi kepada kami yang dari tadi sabar menanti. Tak berselang lama, John mengarahkan kapal untuk kembali ke Dolphin Discovery Centre. Lumba-lumba tampaknya masih akan terus melompat siang itu, tapi kami harus pulang.


***

Teluk Koombana bukanlah kawasan terpencil yang berada di suatu daerah antah berantah. Saya menyaksikan Pelabuhan Bunbury yang sibuk berada di kawasan ini. Kapal-kapal berbobot ratusan ton biasa berlabuh dan bongkar muat menggerakkan ekonomi kota Bunbury, kota terbesar ketiga di Australia Barat. Di teluk ini pula, lumba-lumba liar tinggal dan mencari makan saban hari. Pada akhir musim panas ini, paling tidak ada 130 ekor lumba-lumba menyemarakkan perairan Teluk Koombana. Biasanya, penghuni tetap ialah 50 ekor lumba-lumba hidung botol.

Bersanding dengan Pelabuhan Bunbury, Dolphin Discovery Centre memantau dan melestarikan kehidupan lumba-lumba di kawasan Teluk Koombana.  Didirikan pada tahun 1994, Dolphin Discovery Centre bergerak sebagai organisasi non profit untuk penelitian, pendidikan, konservasi dan pariwisata tentang lumba-lumba. Lembaga ini melanjutkan upaya Badan Lumba-lumba Bunbury pada tahun 1989 yang menginisiasi ‘zona interaksi’ di Teluk Kombana. Tercatat, sejak 1960-an lumba-lumba telah hadir di Teluk Koombana dan berinteraksi dengan penduduk yang rutin memberi makanan di tepi pantai. 

“Kami juga menyelenggarakan atraksi pemberian makanan dalam jumlah terbatas di ‘zona interaksi’, di depan pusat kami” ungkap David Kerr, manajer Dolphin Discovery Centre. “Aktivitas ini didasarkan saran ahli dan disetujui otoritas berwenang”

Pada Dolphin Discovery Centre, tak cuma pengetahuan lumba-lumba yang disyarahkan. Aneka biota laut di Teluk Koombana dan perairan lainnya di Australia dipaparkan di aquarium untuk biota hidup atau etalase untuk kerangka atau fosil. Bangunan yang berbagi pakai dengan kafe, pusat informasi, dan toko sovenir ini juga menjadi caraka pengetahuan untuk memahami ekosistem pesisir. Saya melihat aneka ikan, kepiting, gurita dan bintang laut dipertontonkan. Tedapat pula di sebelahnya sebuah bangunan yang dikhususkan untuk penelitian.

Oleh Jan Tierney – pegawai yang ahli sebagai aquaris, saya ditunjukkan seekor penyu bernama ‘Myrtle’. Penyu laut hijau ini ditemukan di Pulau Rottnest dalam keadaan mengalami tumor Fibropapilloma. Penyu malang ini dirawat di sini sebelum dilakukan operasi pengangkatan tumor. Dolphin Discovery Centre menangani pula hewan-hewan yang sakit sekaligus sebagai bahan penelitian untuk menjaga kelestarian ekosistem laut dan pesisir.

Saya menyimak sebagian besar wisatawan adalah keluarga yang membawa buah hatinya dan pelajar sekolah. Sebagian lainnya orang dewasa dan orang tua. Saat ini, Dolphin Discovery Centre menjadi tempat yang sahih untuk mengedukasi pengunjung tentang betapa pentingnya kelestarian lumba-lumba dan biota laut di Teluk Koombana. Dalam kemasan yang menarik dan memberi pengalaman langsung, pesan yang ingin dibagi ialah ikhtiar konservasi bisa berjalan selaras dengan pariwisata berkelanjutan.   


Video perjalanan di Australia Barat dalam NG Travelmate



Perjalanan di Australia Barat ini terlaksana bersama NATIONAL GEOGRAPHIC INDONESIA - www.nationalgeographic.co.id dan TOURISM WESTERN AUSTRALIA BOARD - www.westernaustralia.com dalam tajuk acara NG TRAVELMATE. Selama 6 hari (5 - 10 April 2016), saya mengeksplorasi pesona Australia Barat. Ada 11 tulisan dalam rangkaian perjalanan ini dan sebelumnya merupakan 'assignment' dari National Geographic Indonesia. Beberapa tulisan sudah tayang di majalah NG TRAVELER dan laman www.nationalgeographic.co.id.

Berikut ini, sebelas tulisan tentang pengalaman saya merayakan pesona Australia Barat yang mengagumkan. Kamu harus membaca semuanya...


Selamat membaca dan menarik kisah perjalanan yang lebih bermakna...  

You Might Also Like

32 komentar

  1. Ini seharusnya menjadi pelajaran buat kita. Ikhtiar konservasi dan wisata yang berkelanjutan adalah jawabannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul mas PapanPelangi, wisata berkelanjutan harus terus didorong di Indonesia. Biar penggiat dan pengunjung wisata makin paham wisata itu bukan sekedar rekreasi tapi sarana bijak melestarikan alam.. :D

      Hapus
  2. Kayaknya damai ya tinggal di kota macam Bunburry ini.

    Untung masih bisa ambil gambar dengan bagus ya sebelum lumba-lumbanya lenyap atau kalian pergi, hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kota-kota di Aussie baik besar maupun kecil memang dirancang untuk menyandingkan manis pemukiman yang nyaman dengan alam yang asri mas Nugi. COba kota-kota di Indonesia bisa contoh dengan kreasi yang membumi sesuai alam tropis Indonesia ya.. :D

      Hapus
  3. Inikayak di lovina gitu yaaaa ???

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya hampir kayak gitu juga, bedanya di sini lumba-lumbanya bule kak.. :P

      Hapus
    2. Klao lumba2 bule itu gimana ??? itu nya gede yaaaa hua hua hua

      Hapus
    3. kalo lumba lumba bule, ngomongnya pake bahasa inggris, om cum :3

      Hapus
  4. Kalau di Indonesia jadi ingat Kiluan Lampung mas hehehheh. Dulu waktu kecil di Karimunjawa sering liat lumba-lumba pda beraksi menjelang senja :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ikon wisata lumba-lumba di Indonesia di Kiluan n Lovina. Padahal klo Karimunjawa juga banyak lebih seruan di Karimun Jawa ya mas.. Pelengkap wisata Karimun Jawa.. mantaaaaap

      Hapus
    2. Jarang banget mas sekarang. Kadang nggak sengaja ada Lumba-lumba yang ngikutin kapal waktu berlayar.

      Hapus
    3. wah pada lari kemana ya lumba-lumbanya mas Sitam.. :D

      Hapus
  5. Ada perawatan penyu hijau juga mas, enggak khusus lumba-lumba saja. Huhu mulia sekali.
    Semoga di Indonesia juga semakin banyak semacam Dolphin Discovery Centre dengan bentuk yang mungkin berbeda tapi misinya sama

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada juga mbak Dwi. Cuma memang satu penyu saja yang dirawat, yang mengalami rehabilitasi. Nanti kalau sudah sembuh betul dilepaskan lagi.. :D

      Nah, sudah sepatutnya Indonesia punya tmpat2 konservasi dan rehabilitasi terhadap satwa. Dibingkai dengan wisata akan lebih baik.. :D

      Hapus
  6. Asik bisa ketemu Umba-umba.
    Perasaan, Seumur hidup cuma lihat lumba2 dari TV

    BalasHapus
  7. Menarik bangey Mas Iqbal, melihat lumba-lumba di tempat hidupnya. Menjadikan wisata sebagai sarana konservasi seperti ini menurut saya sungguh cerdas. Alam dan manusia saling menguntungkan

    BalasHapus
  8. sadis. dapat gambar manja lumba2 melumpat. pasti pakai kameraku yaa. hahaha
    lumba2 itu pandai main drama. kadang mau nongol kadang ngga. skalinya nongol cuma keliatan hidungnya

    BalasHapus
  9. ikan yang paling ramah dengan manusia.
    bisa menolong manusia yang tenggelam

    BalasHapus
    Balasan
    1. lumba-lumba hewan yang ramah dan penyayang, cuma kalau bisa menolong manusia yang tenggelam, saya baru tahu. :D

      Hapus
  10. jarang aku liat lumba - lumba pas naik kapal .... kalau bisa liat , wah mantap juga

    BalasHapus
  11. mirip sama yg di lovina bali itu ga sih?

    BalasHapus
  12. aku kok sering gagal ya motret lumba lumba. sering telat jepretnya

    BalasHapus
  13. beneran bisa menolong orang yang tenggelam? keren jugaaaa

    Adis takdos
    travel comedy blogger
    www.whateverbackpacker.com

    BalasHapus
  14. indahnya alam bila dikonservasi dengan baik :)

    BalasHapus
  15. Asli ini gak cuma keren... tapi keren bangett... Mupeng banget gw sama iqbal yang jalan jalan kesini

    BalasHapus
  16. wih keren maz, bisa jalan2 dan explore australia barat

    BalasHapus
  17. dengan membaca blognya,,terasa australia sudah di depan mata,,menyaksikan lumba-lumba langsung dari habitatnya,keunikan dan pengalaman yg tidak kan di lupkan,,
    saya hanya bisa berusaha n berdoa,suatu saat nanti bisa ke tempat itu,,,
    semoga...harapan yg di semogakan,,

    BalasHapus
  18. Pernah nyoba motret lumba-lumba, tapi hasilnya nggak maksimal. Ada tipsnya nggak, Mas?

    BalasHapus
  19. keren ya bisa motret lumba lumba, saya pengen dan pernah coba semuanya blur huhu

    BalasHapus
  20. Kota yg sangat menarik dengan lumba lumbanya !

    BalasHapus
  21. wah jadi pengen ikutan jalan-jalan<a href="http://outboundjakarta.com/index.php/</2015/05/a>

    BalasHapus
  22. Lumba Lumba nya sangat indah dan menawan !

    BalasHapus

Twitter @iqbal_kautsar

Komentar Pembaca

BACA LEBIH BANYAK